Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Syiar Islam (LP2SI), salah satu fungsi utamanya adalah menjadi penopang visi dan misi Unpas. Demikian dikatakan ketua lembaga tersebut, Drs. M. Idris Nawawi, M.Ag. dalam perbincangan dengan Media Unpas, pertengahan Ramadhan 1437 H (pertengahan Juni 2016).
“Program LP2SI dalam islamisasi sains terutama diwujudkan dalam penyampaian mata kuliah Islam untuk Disiplin Ilmu, atau disingkat IDI,” ucap Idris kemudian. Di dalamnya dibahas mengenai etika dan moral keilmuan.
Dikatakannya lebih lanjut, mata kuliah tersebut paling tidak untuk membekali mahasiswa agar memiliki wawasan bahwa ajaran Islam itu merupakan sumber ilmu. Karena itu, penyampaiannya dalam perkuliahan selalu dikaitkan dengan ciri akademik yang dimiliki masing-masing fakultas.
“Untuk yang bersifat mendasar, substansinya sama, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Namun, pada saat dijuruskan pada spesifikasi bidang keilmuan, hal itu diisi dengan materi yang terkait di masing-masing fakultas. Ada perbedaan antara materi IDI yang diberikan di Fakultas Ekonomi dan Fakultas Teknik, misalnya,” ucap Idris yang sejak tahun 1990 sudah mulai ikut mengelola LP2SI.
Lalu bagaimana mengenai hasilnya selama ini?
“Secara pasti belum dilakukan penelitian untuk mengukur hal itu. Namun kalau kita melihat skripsi yang ditulis mahasiswa, nilai-nilai keislaman itu sudah mulai terlihat diluluhkan dalam karya tulis mereka. Misalnya saja di Prodi Akuntansi, ada beberapa skripsi yang membahas akuntansi syariah. Demikian juga untuk prodi-prodi di fakultas lain,” jawab Idris.
Tentang mata kuliah agama Islam di Unpas, disampaikan dalam dua semester. Pada semester pertama ada Pendidikan Agama Islam (PAI) yang merupakan bagian dari Kurikulum Nasional. Adapun mata kuliah IDI disampaikan pada semester kedua, yang merupakan ciri khas akademik Unpas.
“Sebetulnya bukan hanya di Unpas saja, melainkan di perguruan tinggi lainnya yang berada di bawah naungan YPT Pasundan, yaitu STIE, STH, dan STKIP. Semua itu sudah tersusun silabusnya,” ucap Idris.
Dulu, pelaksanaan mata kuliah agama Islam sepenuhnya menjadi tanggung jawab LP2SI. Namun sekarang, para dosen yang mengajarkannya menjadi tanggung jawab setiap fakultas. Adapun LP2SI hanya menyiapkan kontennya saja. Para dosen dimaksud ada yang berstatus sebagai tenaga pengajar tetap, namun yang lebih banyak justru masih sebagai dosen luar biasa. Menurut keterangan Idris, dosen tetap tersebut baru berjumlah sembilan orang, yang itu pun belum tersebar di keenam fakultas.
Lalu, bagaimana dengan mahasiswa Unpas yang non muslim dalam hal keikut-sertaan mereka pada perkuliahan?
“Masih menjadi bahan pemikiran, untuk dicarikan solusinya yang tepat,” jawab Idris. Diakuinya, meskipun prosentasenya kecil, mahasiswa non muslim memang ada, karena Unpas merupakan perguruan tinggi umum. Idealnya, mereka harus diberi kesempatan untuk mengikuti mata kuliah agama yang sesuai dengan anutan masing-masing.
Menurut pendapat Idris, sebaiknya Unpas bekerja sama dengan perguruan tinggi lain yang sudah menyelenggarakan pendidikan agama non Islam, misalnya saja di UPI. Sejauh ini, lanjutnya lagi, mahasiswa Unpas yang non muslim itu barulah dipersilakan mengikuti kuliah agama Islam. Anggaplah itu menjadi semacam dakwah.
Tentang kegiatan LP2SI itu sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yaitu yang akademik dan non akademik. Yang bersifat akademik terkait dengan membenina dan mengembangkan dosen, serta membuat dan mengembangkan kurikulum. Sedangkan untuk yang non akademik berupa kegiatan yang terkait dengan perayaan hari-hari besar Islam, dan yang menjadi ujung tombaknya adalah para pengurus DKM. Kegiatan selama bulan Ramadhan, misalnya, banyak yang ditangani oleh para aktivis DKM (Ulil Absor di Kampus I Lengkong Besar, Ulul Ilmi di Kampus II Tamansari, Ulil Albab di Kampus IV Setiabudhi, dan Baitul Hikmah di Kampus III Karawitan).
Selama bulan Ramadhan, kegiatannya berupa (1) tadarus Al-Quran setiap hari, mulai pukul delapan hingga sebelas; (2) pengajian rutin seminggu sekali di ketiga masjid; (3) tadarus Al-Quran di tiap fakultas; dan (4) itikaf dan sahur bersama di Kampus IV.
“Untuk masa-masa sekarang, kegiatan LP2SI lebih banyak yang dipusatkan ke dalam, yaitu melakukan pembinaan. Sedangkan kegiatan yang bersifat gebyar untuk saat ini mah banyak berkurang, sehingga terkesan kurang semarak,” ucap alumni Pondok Pesantren Al-Furqon Cibiuk, Garut ini.
Kegiatan yang bersifat pengkajian pun kini berkurang. Berbeda dengan waktu yang lalu, LP2SI kerap mengadakan semacam seminar atau diskusi, dengan menghadirkan para pakar dari perguruian tinggi lain.
Ketika ditanya alasan, Idris menjawab dengan keterangan bersifat klasik, yaitu berkurangnya anggaran. “Dulu ada dana kepakaran,” ucapnya. Meskipun, katanya lagi, kalau mengajukan anggaran sebetulnya tak ada hambatan.
Dalam hal pengelolaan dana, ada satu hal yang dikerjakan LP2SI, yaitu pengumpulan infak dan zakat profesi. Setiap bulannya terkumpul sekitar Rp 2,5 juta. Dana tersebut dikelola oleh baitul mal, di antaranya memberikan santunan kepada fakir miskin, serta membagi-bagikan kitab Al-Quran ke masjid-masjid.
Idris menyampaikan juga bahwa kegiatan tausiah pada setiap upacara pun menjadi tanggung jawab lembaga yang dipimpinnya.